STAIN Pekalongan Kembangkan Pendidikan Islam Rahmatan lil ‘Alamin

Print

kajian ilmiah 1

Pekalongan - Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STAIN Pekalongan menyelenggarakan diskusi publik dengan tema “Mewujudkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin (IRLA) Berbasis Ilmu Pendidikan.” Hadir sebagai narasumber, dua pakar pendidikan Islam, yaitu Dr. H. Imam Suraji, M.Ag dan Drs. Moh. Muslih, M. Pd., Ph.D. Diskusi dalam rangka membangun kultur akademik dan sekaligus merumuskan visi keilmuan ini diselenggarakan di ruang pertemuan lantai 3, Jum’at, 16 Oktober 2015.

Dalam sambutan pembukaan, Maghfur, selaku Kepala P3M mengatakan bahwa kajian dan riset merupakan habibat dosen. Melalui kajian-kajian yang kritis kita dapat mengembangkan, mengelaborasi, dan menawarkan alternatif ilmu pengetahuan. Tanpa kultur akademik yang baik, ‘produk’ sebuah perguruan tinggi tidak akan pernah menjadi rujukan bagi masyarakat. “saya berharap, secara sistematis, forum-forum ilmiah seperti ini dapat bergulir serta berkesinambungan”, harap Kepala P3M.

Kajian yang dimoderatori Nanang Hasan mengusung dua paper ilmiah. Pada sesi pertama, Moh. Muslih mengusung “Paradigma Pendidikan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin”, dan dan Imam suraji mendapat giliran yang kedua, dengan karya “Pendidikan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.” Di tengah-tengah kecenderungan beragama Islam yang mengancam, penuh kekerasan dan radikal, merumuskan Pendidikan Islam penuh rahmah merupakan kebutuhan mendesak.

Muslih mengawali kajiannya, bahwa Pendidikan Islam bertumpu pada tiga prinsip pendidikan, yaitu tarbiyah, ta’dib, dan ta’lim. Pendidikan Islam rahmatan lil ‘alamin harus memiliki cakupan kebermaknaan tiga prinsip ini. Untuk itu, basis yang dijadikan landasan adalah al-Qur’an dan Hadits. Karenaya, Pendidikan IRLA akan melahirkan kedamaian dan kasih sayang. “Islam yang kehadirannya di tenagh kehidupan masyarakat mampu menghidupkan dan mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia dan alam”, ungkap doktor jebolan Malaya University.

Bagi Muslih, spirit kedamaian dan kasih sayang perlu diretaskan dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti aspek hukum, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan, makhluk ghoib, lingkungan alam, dan seterusnya. Dengan mengedepankan pendidikan IRLA, fungsi pendidikan akan mampu membebaskan manusia dari anasir yang merendahkan manusia (fitrah), dan pada saat yang sama dapat mewujudkan ilmu yang konstributif bagi kehidupan individu dan sosial.
Sementara itu, Imam Suraji menyampaikan komponen penting pendidikan IRLA. Bagi doktor lulusan UIN Sunan Kalijaga ini, untuk mengimlementasikan pendidikan IRLA, dibutuhkan rumusan yang jelas terkait, tujuan, pendidik dan tenaga kependidikan, kurikulum, strategi, dan evaluasi yang jelas. Tanpa rumusan yang jelas, maka IRLA yang ingin diwujudkan akan sulit menjadi kenyataan. “Tujuan yang jelas saja tidak cukup, pendidikan IRLA membutuhkan prinsip meritokrasi. Pihak-pihak yang berkompeten ditugaskan sesuai keahliannya”, simpulnya.

Diakhir pemaparannya, Imam menggarisbawahi empat hal penting terkait Pendidikan IRLA, yaitu rumusan tujuan, tidak hanya pada ranah kognitif tetapi juga afektif, dan motorik; pentingnya menyiapkan peserta didikan siap masuk dalam dunia global; merubah paradigma ambtenar menjadi entrepreneurship dan meningkatkan rasa kemandirian dan kepercayaan diri.