P3M STAIN Pekalongan Membangun Kultur Riset

Print

seminar proposal penelitian web

Pekalongan (4/4). “Intelektual muslim bereputasi global hampir tidak pernah lahir dari Indonesia. Hasan Hanafi, Nasr Hamid Abu Zaid, Fazlur Rahman adalah contoh kecil intelektual yang lahir dari manca negara. Kita masih tertinggal jauh dengan negera-negara lain dalam memproduksi ilmuwan,” demikian papar Anas Saidi pada forum Seminar Proposal Dosen STAIN Pekalongan yang diselenggarakan di Hotel Dafam, 3-4 Maret 2016.

“Mengapa Indonesia tidak mampu melahirkan ilmuwan muslim level internasional?” tanya Anas. “Karena tidak ada kultur riset yang baik,” jawab peneliti senior asal LIPI. Menurut Anas, 55 PTKIN dan ratusan PTKIS hanya sebagai gudang footnote. Kita sekedar konsumen dan pengekor teori-teori orang lain. Jarang lahir teori inovatif dari rahim PTKI. Produsen teori dan ilmu pengetahuan mensyaratkan kultur riset yang dahsyat. Sebab itu, kita perlu membangun ekologi riset, seperti perpustakaan, memperbanyak koleksi buku, melengkapi sarana prasarana, langganan jurnal internasional, dan seterusnya. “Dari berbagai masalah, yang paling pokok adalah habitus. Habitus riset jadi krusial ketika kita hidup di rezim absensi dan administratif. Dosen hanya mikir presensi serta ngumplin kuitansi-kuitansi. Akibatnya, riset kita hanya muter-muter persoalan lokal, seperti katak dalam tempurung” tandas peneliti radikalisme agama di Indonesia.

Ketua STAIN Pekalongan, dalam membuka acara mendorong semua dosen untuk mengembangkan keilmuannya melalui riset. “Kita telah mengalokasikan dana riset yang cukup besar untuk penelitian. 30% BOPTN kita wajib untuk pengembangan riset. Mulai penguatan lembaga, peningkatan kapasitas peneliti, seleksi proposal, pelaksanaan, monitoring, pelaporan dan diseminasi,” jelas Dr. Ade Dedi Rohaya, M. Ag. Pria asal Sumedang berharap hasil-hasil riset dosen, bukan hanya memenuhi kenaikan pangkat dan laporan kinerja dosen, melainkan untuk dijadikan basis pengembangan akademik, lembaga dan solusi atas problem sosial umat.

Sebelumnya, Maghfur Ahmad, selaku Kepala P3M melaporkan, pada tahun 2016, ada 144 dosen yang ikut kompetisi. Dari jumlah tersebut diundang 80 dosen untuk presentasi dihadapan tim reviewer Dr. Anas Saidi, MA., dan Moch. Muslih, Ph. D. “Forum ini bertujuan untuk menjaring proposal yang berkualitas, sekaligus sebagai upaya pengayaan dan peningkatan kapasitas peneliti, serta membangun budaya riset yang berkualitas” tandasnya. Melalui seminar ini, diharapkan ada mapping dan data base periodik penjenjangan peneliti di STAIN Pekalongan, baik tingkat muda, madya maupun utama.(@).