LPPM | IAIN Pekalongan

P3M Bekali Tim KKN Penguatan Masyarakat Berbasis Masjid

E-mail Print PDF

pembekalan KKN 40 web

Pekalongan - Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STAIN Pekalongan bekali 410 peserta KKN tematik pemberdayaan masyarakat berbasis masjid, (6/4). Maghfur Ahmad, selaku Kepala P3M melaporkan bahwa pembekalan diikuti oleh mahasiswa yang berasal dari prodi PAI, Ekosy, HKI, BKI, PBA, Tafsir Hadits, dan Akhlak Tasawuf yang akan melaksanakan KKN di Doro, Talun dan Lebakbarang Kabupaten Pekalongan. Katanya, pembekalan bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang arah dan orientasi KKN, tugas dan kewajiban peserta serta hal-hal subtansial dan teknis pelaksanaan KKN angkatan ke-40. “KKN tematik ‘masjid’ dipilih karena ‘masjid’ merupakan institusi yang paling klasik dalam dunia Islam, yang hingga sekarang eksistensinya masih nyata, namun memiliki pergeseran-pergeseran fungsi,” jelas Maghfur. Di samping, tema masjid, Maghfur juga meninformasikan bahwa saat ini P3M juga mengembangkan KKN Sistem Informasi Desa (SID) Partisipatif di desa Tombo Batang dan Punganggan Doro Pekalongan.

Ketua STAIN Pekalongan, Dr. Ade Dedi Rohayana, M. Ag., dalam sambutannya mengatakan bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab akademik dan sosial, yang harus diterapkan melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara terpadu. “KKN yang akan saudara lakukan selama 45 hari merupakan indikator keberhasilan, apakah saudara mampu mempraktikan ilmu, teori dan pengetahuan yang diperoleh di bangku kelas atau tidak. Apakah saudara mampu memahami realitas di lapangan, sebagai data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu atau tidak. Apakah saudara dapat hidup bersama serta menjadi bagi atas problem-problem sosial yang dihadapi umat atau tidak,” jelas sang Ketua.

Ade juga berpesan selama di lokasi, mahasiswa mestinya dapat membantu masyarakat sesuai dengan kompetensinya. “Asah dan perdalam pengetahuan dan keterampilan saudara sesuai prodi masing-masing. Jangan sampai anak PAI tidak bisa mengajar, anak BKI tidak bisa berdakwah, anak ekonomi syari’ah tidak bisa membantu perekonomian umat, anak HKI tidak mengerti fiqih” tambah pria asal Sumedang. “Jangan hanya Kongko-kongko Nongkrong, Kongko-kongko Nongrong,” guraunya. Melalui tema masjid, Ade berharap mahasiswa dapat mengoptimalkan perannya untuk belajar, hidup bersama, membantu dan memakmurkan masjid menjadi pusat peradaban umat Islam di desa. Belajar dari catatan sejarah, kata Ade, masjid adalah tempat nabi Muhammad dan sahabatnya mengelola persoalan-persoalan keumatan.

Pada sesi “Peran STAIN dalam proses Pembangunan Berkelanjutan,” Drs. Moh. Muslih, Ph.D menyatakan bahwa kita telah lama mencanangkan kampus yang ‘berbasis riset untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.’ “Mewujudkan visi ini mensyaratkan pembacaan yang kritis atas realitas sosial. Mahasiswa mesti jeli, kreatif dan harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi, agar dapat menyelami, mengungkap dan memperbaiki kondisi sosial yang destruktif”, kata Waket bidang akademik. “Tanpa kritisisme kita hanya melakukan tambal sulam, tanpa mengerti problem yang sesungguhnya, akibatnya aktivitas kita yang kita lakukan hanya akan sia-sia,” pungkas Muslih. Sebab itu, Muslih, menekankan pentingnya kapasitas riset dan teknik pengorganisasian bagi mahasiswa sebelum melakukan kerja-kerja lapangan. Membangun butuh cara dan teknik, riset partisipatif adalah cara yang valid untuk memulai proses pembangun yang ada di desa.

Pada sesi akhir, Ainurrofik memberi penjelasan terkait teknik pendataan masjid dan pemetaan jamaah masjid. “Sebelum mendata masjid, kondisi desa terutma situsasi sosial keagamaan dan spasial desa harus diungkap terlebih dahulu” saran dosen Jurusan Syari’ah. Pada kesempatkan ini Rofik juga mengajarkan secara teknis penyusunan profil masjid, dan kondisi jamaah terkait persoalan ekonomi, pendidikan, lingkungan, keagamaan dan kesehatan. Data-data tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai basis perencanaan dan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.(@).