IAIN Pekalongan Dorong Riset Islam Indonesia

Print

seminar proposal penelitian 2017Pekalongan - “Kualitas sebuah perguruan tinggi diukur berdasarkan hasil-hasil risetnya. Melalui riset, ilmu-ilmu keislaman dapat berkembang dan dapat menjawab problem keumatan,” demikian sambutan Rektor  IAIN Pekalongan, Ade Dedi Rohayana pada forum seminar (4/5/2017). Lebih lanjut Ade mengatakan bahwa IAIN Pekalongan memiliki visi keilmuan membangun ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan keindonesiaan. Melalui visi keilmuan ini, semua bangunan ilmu dan produk-produk riset harus menguatkan, mengembangkan dan memperkuat keindonesiaan kita. “Islam Indonesia sebagai anak kandung negeri ini perlu dirawat. Khazanah Islam lokal terbukti dapat mengayomi kehidupan berbangsa. Riset terkait nilai-nilai dan kontribusi keislaman Indonesia perlu diperkokoh, bukan Islam model import,” pungkasnya.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) menyelenggarakan seminar ini dalam rangka menjaring proposal yang bermutu sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu riset. Namun demikian, seminar tidak hanya untuk proses seleksi melain sebagai proses belajar bersama. Kegiatan yang dihelat di Hotel Dafam ini dihadiri 130 dosen dengan team reviewer rektor-rektor IAIN se-Jawa Tengah, seperti Dr. Mudlofir Abdullah; Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd; dan Dr. Suprayitno, M.S.I.

Dalam acara pra pembukaan, selaku Ketua LP2M, Maghfur Ahmad mengatakan  bahwa ada tiga ukuran kualitas penelitian, yaitu dirujuk kalangan akademis; dijadikan landasan kebijakan serta menjadi solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi umat, stakeholders dan masyarakat. Selain itu, kualitas perguruan tinggi dinilai dari seberapa banyak naskah yang dipublikasikan, baik di jurnal nasional maupun internasional. Hanya saja, seringkali kita terjebak oleh jerat-jerat kapitalis dalam mengukur kualitas publikasi hasil riset. Jurnal baru dianggap bereputasi internasional jika dipublikasi pada agen-agen indeksasi tertentu. “Scopus itu milik perusahan. Milik pemodal, kenapa kementrian kita ‘menuhan’ mereka. Kita jangan terjebak hal-hal formalitas seperti ini,” kata Maghfur.

Dalam seminar ini juga dirancang riset kolaborasi antar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) se-Jawa Tengah. “Kedepan bukan hanya saling tukar reviewer melainkan melakukan riset bersama. Join sumber daya manusia, join pengetahuan, join financial. Jalan ini perlu ditempuh agar IAIN Pekalongan dapat sejajar dengan perguruan tinggi yang telah maju,” harap Rektor Pekalongan. “Tanpa kerjasama kita akan kerdil, tidak dapat bersaing dengan lembaga lain. Suasana akademik seperti ini perlu kita galakkan. Kehadiran para rektor se-Jateng menjadi pijakan awal untuk maju bersama, membesarkan kampus masing-masing. Menghadirkan para rektor ke sini tidak mudah. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini dengan lebih baik untuk mengembangkan sisi akademik dan kelembagaan di perguruan tinggi masing-masing,” pungkasnya.