Muslih Husein: “Ambil Benalu, Jangan Cabut Pohonnya”

Print

kkn waket3

P3MNews. “ambil benalunya, jangan cabut pohonnya,” demikian pesan Muslih Husein kepada mahasiswa peserta KKN (Selasa, 14/10/2014). Pada acara penyerahan mahasiswa kepada Bupati Batang, mewakili Ketua STAIN Pekalongan, Muslih membeberkan rahasia hidup bermasyarakat. Menurutnya, kunci utama agar saudara dapat diterima dengan baik, dengan damai, saudara perlu memahami perilaku, tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat.

Menurut Waket bidang Kemahasiswaan, di masyarakat terdapat praktik-praktik, tradisi, mitos, yang terkait dengan persoalan sosial keagamaan. “Jangan sampai kehadiran saudara di masyarakat menimbulkan riak-riak penolakan,” tandas Muslih. “Sekiranya nanti saudara menemukan praktik yang dianggap ‘tidak sesuai’ dengan kayakinan, ajaran dan pengetahuan yang saudara miliki, saudara perlu bersikap bijak,” himbau dosen Syariah.

Sejurus kemudian, Muslih mengilustrasikan, tradisi di Yogyakarta. Setiap 1 Suro, warga Yogya ‘bingung’ melakukan aktivitas. Mereka lalu keliling, muteri kraton, sebagai aktivitas tahunan setiap datang satu suro. Misalnya, kata Muslih, nanti di desa saudara menemukan atau ada model ritual sejenis, kegiatan seperti ini jangan dicela, tapi luruskan dengan mengisi ajaran-ajaran yang dibenarkan oleh agama. “Ubahlah mantra-mantra dengan bacaan do’a. Sesajen dengan sodakoh, dan seterus,” sarannya dihadapan mahasiswa. Namun, jangan sampai mengusik kehidupan yang sudah mapan di masyarakat. Muslih kemudian, memberikan senjata pamungkasnya, “ambil benalunya, jangan cabut atau potong pohonnya,” solusi Muslih. Apa yang disampaikan ahli falak ini tentu menandaskan kembali pentingnya kearifan lokal sebagai basis “tindakan sosial” yang sedang dilakukan.

Di tempat terpisah, dihadapan humas Kabupaten Batang, Maghfur Ahmad mengatakan bahwa KKN angkatan ke 37 bertema “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid.” Kita berusaha mengembalikan masjid sebagai pusat peradaban umat Islam. Menurutnya, “awal-awal kehadiran Islam, masjid adalah tempat strategis bagi penyelesaiaan masalah ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya dan seterusnya. Tetapi, kini, peran tersebut mulai tergeser, masjid dilokalisir, hanya menjadi tempat ibadah mahdoh. Hanya terkait hubungan vertikal, manusia dengan Allah, sementara persoalan kemanusiaan dianggap bukan lagi urusan masjid” jelas Maghfur.

Mengirim mahasiswa KKN di desa-desa, menurut Maghfur, tidak lepas dari upaya menyiapkan calon sarjana yang mampu melakukan kerja-kerja perubahan sosial di masyarakat secara partisipatoris dan berkelanjutan. Untuk menyukseskan kegiatan ini, P3M bekerjasama dengan Kabupaten Batang, melalui KKN yang secara khusus memiliki lima tujuan. Pertama, Optimalisasi fungsi masjid dalam mewujudkan transformasi sosial di bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan; Kedua, meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang ditandai dengan naiknya indeks pembangunan manusia. Ketiga, terbangunnya pola kemitraan antara pemerintah dengan STAIN Pekalongan dalam mempercepat tercapainya target MDG’s melalui Masjid; Keempat, mengembangkan ilmu-ilmu kesilaman transformatif yang berbasis pada persoalan-persoalan keumatan di lingkungan masjid;

Kelima, terbangunnya model pengabdian masyarakat berbasis masjid yang berorientasi pada perubahan sosial yang dapat dijadikan sebagai pusat-pusat pembelajaran bagi masyarakat, pemerintah, LSM dan ormas baik pada tingkat lokal, nasional maupun internasional._(MA).