LPPM | IAIN Pekalongan

MISTERI CANDI BATUR

E-mail Print PDF

bulakan

Bulakan, 12 Oktober 2019. Kelompok 19 KKN 47 IAIN PEKALONGAN melakukan kunjungan di Candi Batur yang merupakan salah satu tempat wisata yang ada di desa Bulakan. Kelompok 19 melakukan perjalanan menuju Candi Batur dengan mengendarai sepeda motor dan di dampingi dari pihak perangkat desa yaitu Bapak Rohim selaku Ketua Dusun Bulakan Timur. Menurut warga sekitar, Candi Batur merupakan cagar alam yang dilindungi dan banyak terdapat perkumpulan monyet. Monyet penghuni Candi Batur dipercaya jumlahnya tidak akan berkurang ataupun bertambah tutur Bapak Alim selaku penjualan makanan di kawasan Candi Batur.

Banyak wisatawan yang datang dari berbagai daerah hanya untuk memberikan makanan berupa pisang maupun kacang. Para wisatawan rela datang jauh-jauh hanya untuk sekedar mampir dan memberi makan, karena wisatawan percaya semakin banyak memberi makan monyet di Candi Batur maka akan banyak rejeki yang mereka dapatkan menurut wisatawan Ibu Astuti.

Lokasi Candi Batur di kecamatan Belik kabupaten Pemalang terletak di sebelah kanan jalan raya dari arah Randudongkal Purbalingga atau sebaliknya. Kelompok 19 kurang begitu paham tentang situs Candi Batur dan ada apa di dalamnya, karna yang kami tahu dari cerita adalah sebuah hutan satwa yang sengaja untuk dilindungi oleh masyarakat, tapi ternyata didalam Candi Batur terdapat sebuah candi. Karena penasaran kelompok 19 mencoba masuk untuk mengetahui keadaan yang ada didalam Candi Batur. Candi Batur dahulunya merupakan tempat persembunyian kerabat Mataram Patih Citra Wirya dan Kyai Mpu Brama Kendali yang merupakan cikal bakal atau nenek moyang masyarakat desa Bulakan. Candi Batur sangat berberan penting terhadap masyarakat setempat, karena dengan adanya tempat tersebut ketersediaan mata air menjadi tercukupi, adapun mata air yang terdapat ditempat tersebut yaitu mata air wadonan yang dijaga oleh Nyai Rantan Sari yang dipercaya dari wilayah Teluk Penyu, mata air Siduda yang dijaga oleh Dewi Mas Kuncung yang dipercaya dari Sokaraja, mata air Nyai yang dijaga oleh Nyai Ajeng Melati, mata air Srengseng yang dijaga oleh Nyai Khotijah Srengseng yang dipercaya dari Banten. Juga tokoh tokoh lain lain dari Sekar Wangi, ujar sesepuh desa Bulakan. Candi Batur terdapat mitos yang sampai sekarang masih dipercayai masyarakat sekitar tidak boleh mengambil apapun yang ada dikawasan cagar alam tersebut. Karena ada beberapa cerita dari masyarakat sekitar, dahulu ada seseorang yang mengambil rumput untuk makanan ternaknya padahal orang tersebut sudah diberikan peringatan oleh masyarakat sekitar dan tidak menghiraukan sama sekali akhirnya ternak tersebut mati semua, tutur Bapak Rohim selaku kadus Bulakan Timur. Ada kekecewaan dipenak kami sebagai kelompok 19, banyak pengunjung yang datang memberikan makanan monyet dengan meninggalkan sampah bekas makanan sembarangan, sehingga banyak sampah yang berserakan ditempat tersebut dan merusak kebersihan alam tersebut.
(Kelompok 19 Desa Bulakan Kec. Belik Kab. Pemalang - Berita Minggu Ke 1)